Rumah Adat Minang/rumah123.com

Kalimat-kalimat Sindiran Dalam Bahasa Minang untuk Teman, Pemimpin, Atau Kelompok Tertentu

Suku Minang dikenal dengan adat sopan santunnya. Dalam berbahasa dikenal istilah Nan Ampek yaitu kata mendaki, menurun, mendatar, dan malereang.

Istilah tersebut untuk menggambarkan bagaimana seseorang di Minang berinteraksi dengan orang lain.

Kata mandaki digunakan untuk ucapan/dialog dengan orang yang lebih besar seperti orang tua, paman, dan sebagainya.

Kata manurun digunakan untuk orang/penutur yang usianya lebih kecil.

Sementara kata mandata digunakan untuk interaksi antara orang/penutur yang usianya sebaya atau seangkatan.

Sementara kata malereang merupakan etika berbicara dengan orang yang dituakan secara adat atau orang-orang terhormat dari status status sosial yang disandangnya.

Kato malereang di Minangkabau juga digunakan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang memiliki latar belakang status sosial tertentu, seperti datuak, tanpa memandang usia.

Walaupun usianya masih terbilang muda, namun datuak tetap didahulukan selangkah dan ditinggikan satu ranting.

Nah, karena kesopansantunan itu, masyarakat Minang kaya akan kalimat sindiran untuk menyampaikan sesuatu.

Kalimat sindiran bisa diartikan kalimat yang hendak disampaikan kepada seseorang/lawan tutur secara tidak langsung.

Berikut beberapa kalimat sindiran itu:

Sindiran kepada teman

Dalam pergaulan, biasanya akan ada orang-orang tertentu yang secara sengaja melakukan hal yang tidak disenangi atau bersifat melanggar, baik bagi kita maupun lingkungan.

Jika memang dirasa sudah tidak bisa ditegur, bisa menyindirnya dengan cara halus, seperti:

“Kok Cadiak Waang, Ambo indak Batanyo. Kok Kayo Waang, Ambo indak Mintak.”

Artinya :

Pepatah di atas ditujukan seseorang kepada orang lain yang memiliki sifat sombong karena ilmu, dan sombong karena hartanya. Orang seperti ini biasanya membanggakan apa yang ia punya, dengan cara merendahkan orang lain.

———————————————————————–

“Indak Pandai Manari, Kecek an Lantai nan Bagoyang.”

Artinya :

Orang yang selalu mencari-cari alasan ketika dia berbuat salah. Parahnya lagi, dia akan selalu menumpukan segala kesalahan dengan alasan yang tidak masuk akal. Tujuannya agar bukan dia yang disalahkan, padahal orang-orang sudah tahu kebenarannya.

———————————————————————–

“Kalah jadi arang, manang jari abu.”

Artinya :

Pertengkaran dengan siapapun, apalagi dengan teman, tidak akan ada gunanya. Yang kalah maupun yang menang sama-sama tidak mendapat keuntungan, malah kerugian karena persahabatan menjadi rusak.

———————————————————————–

“Takuruang handak di Lua, Tahimpik handak di Ateh.”

Artinya :

Kata kata sindiran bahasa Minang di atas maknanya, yakni orang yang hanya mau enaknya saja, tanpa mau berinisiatif berkorban atau dengan suka rela melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama.

Kalimat sindiran untuk pemimpin

Tidak sedikit para pemimpin di tanah air kita ini yang hanya semata-mata mengejar materi dan pangkat saja, kemudian menyepelekan tugas utama mereka sebagai pengayom masyarakat.

Hal seperti ini sudah lumrah kita temukan, seperti tindakan korupsi, penyuapan dan sebagainya. Berikut, beberapa Pepatah Minang Sindiran bagi pemimpin:

“Pandai Maagak Maagiahkan, Pandai Baliku Dinan Tarang, Dibaliak Mangko Dibalah, Pandai Balinduang Dinan Paneh.”

Artinya :

Pepatah di atas mengartikan betapa pentingnya rasa tenggang rasa dan lapang dada oleh pemimpin terhadap bawahannya. Sayangnya, zaman sekarang cukup susah mencari pemimpin yang memiliki watak seperti ini.

———————————————————————————————-

Alah Batuka Baruak jo Cigak.”

Artinya :

Kata-kata Pepatah Sindiran bahasa Minang di atas artinya, ketika kepemimpinan berganti, namun secara keseluruhan masih sama dengan sebelumnya (sama-sama tidak memuaskan), jadinya tidak ada bedanya.

———————————————————————————————–

“Dalam duo tangah tigo.”

Artinya :

Seorang pemimpin yang setiap perbuatannya tidak jujur, sering berdusta dan tidak dapat dipercaya. Dalam dua, tengah tiga. Begitulah gambarannya. Dikata “2”, ternyata “2.5”.

———————————————————————————————–

“Muncuang disuok jo pisang, ikua dikaik jo duri.”

Artinya :

Yaitu seorang pemimpin yang perkataannya selalu manis, dan janjinya terdengar begitu meyakinkan. Namun setelah terpilih, niatnya berubah jadi jahat. Semoga kita tidak memiliki pemimpin seperti ini. Hati-hatilah dalam memilih.

Kalimat sindiran untuk kaum/kelompok

Meskipun kesannya menyindir itu tidak baik, namun bagi hal-hal tertentu menjadi perlu. Karena ada sebagian yang tidak menerima jika dinasehati, sehingga perlu untuk disindir keras agar mereka “merasa”.

Namun, jangan pula sembarangan menyindir sesuatu, pikirkan juga alasan dan akibat kedepannya. Berikut, beberapa Pepatah Minang sindiran buat suatu kaum atau kelompok:

“Baumpamo batuang tak bamiyang, bak bungo tak baduri.”

Artinya :

Dalam hidup, kita harus bisa menjaga malu, baik diri sendiri maupun orang-orang terdekat. Jangan mengumbar aib dan keburukan kita maupun orang lain dengan mudahnya, karena akan mendapatkan respon negatif dari orang-orang.

——————————————————————————————————

“Cadiak malam biguang siang, gilo maukia kayu tagak.”

Artinya :

Pepatah di atas ditujukan kepada seseorang yang terlampau tinggi angan-angannya, terlalu kelewatan khayalannya, namun tidak mau berusaha sedikitpun. Sehingga, yang tertinggal hanyalah khayalan dan angan belaka.

——————————————————————————————————-

“Elok baso tak katuju, baik baso tak manantu.”

Artinya :

Sebenarnya, arti pepatah di atas adalah untuk orang yang sangat suka menghambur-hamburkan uang dalam pergaulan, tidak punya perhitungan sedikitpun. Hal ini sejatinya tidak salah dan terkesan baik, namun tetap saja kurang pas karena jadinya terkesan boros berlebihan.

Kalimat sindiran untuk anak muda

Kalimat ini lebih sering terdengar terutama di kalangan anak muda. Berikut, beberapa contoh Pepatah Minang sindiran ini:

Jan ongeh na gaya lai, kumayan saribu ciek nyo.”

Artinya :

“Gak usah gaya terlampau sok, kemenyan harganya cuman seribu.”

Kata-kata di atas biasanya ditujukan kepada wanita-wanita yang terkesan sombong dan sok ketika di sapa atau di ajak ngobrol. Lalu, maksudnya kemenyan di sini apa?

Jadi begini, kemenyan tersebut bermakna ke “pelet”, yang kesannya seakan-akan mengancam si wanita agar tidak lagi sombong. Sebenarnya maksudnya hanya bercanda saja, namun setidaknya bisa mengingatkan.

———————————————————————————————————–

“Bak malapehan anjiang takapik, bak manggadangan anak harimau.”

Artinya :

“Ibarat melepaskan anjing terjepit, ibarat membesarkan anak harimau.”

Seseorang yang telah kita bantu saat kesusahan, namun ketika dia sudah di posisi aman, ujung-ujungnya kita sendiri yang dihancurkan. Orang-orang seperti ini tidak tahu berterima kasih dan membalas budi.

———————————————————————————————————–

“Nan rancak indak bara, nan mati karancakan nan banyak.”

Artinya :

“Yang cantik gak banyak, yang sok cantik yang kebanyakan.”

Kata-kata di atas ditujukan kepada wanita-wanita yang gila rupa setiap hari, berlebihan dalam menghias diri supaya terlihat sangat cantik, padahal tetap saja tidak berubah. Intinya, kalau dari sananya cantik, bagaimanapun tetap cantik. (*)